Sore hari,
Aku keluar rumahku. Ingin melihat betapa indah karunia Allah SWT, langit jingga di sore hari. Aku tertegun sejenak. Ingin rasanya terbang layaknya seekor burung merpati. Melintasi awan awan di langit. Hinggap diantara rimbunnya pohon pohon di sana. Aku pikir mereka tak pernah lelah. Karena tak berjalan. Aku pikir mereka juga selalu bahagia. Bernyanyi dengan merdunya di setiap pagi.
Saat pikiranku berhalusinasi, tiba tiba aku mendengar suara anak kecil tertawa dengan riangnya. Entah mengapa mereka bisa terlihat sangat bahagia. Sungguh, saat itu adalah peristiwa yang sangat langka. Apalagi di jaman sekarang, jaman yang antah berantah. Tak ada lagi anak perempuan bermain congklak dan anak laki laki bermain petak umpet. Atau bermain kotak pos yang saat jamanku sangat disukai permainan itu. Mereka juga terlihat bercerita satu sama lain. Mengekspresikan diri dan bermain-main dengan gundukan pasir itu. Tak pernah berpikir kotornya baju mereka dan akan dimarahi ibu saat pulang nanti.
Aku tak menyia-nyiakan peristiwa itu, aku mengeluarkan ponsel di saku dan mengabadikannya. Berharap suatu saat nanti bisa kutunjukkan pada mereka. Mengingatkan bahwa masa kecil adalah masa yang paling berharga. Bahagia rasanya, mereka tak memikirkan kesedihan. Kesedihan karena putus cinta misalnya. Mereka hanya tahu bermain dan bermain. Menangis hanya saat ketahuan tidak mengerjakan pr dan dimarahi gurunya.
Jujur saja, menulis tentang mereka aku jadi rindu masa kecilku. Ya, dulu aku sangat senang bermain. Bersama temanku yang mayoritas laki-laki. Aneh memang, di luar sana perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Namun, disini sebaliknya. Dulu aku sangat gembira, jika mereka mengajakku pergi ke sawah. Mencari buah ciplukan. Manis rasanya buah itu. Saat memancing di sungai dan mendapatkan ikan. Dan di sore harinya kami membuat tungku sederhana, lalu membakar ikan hasil tangkapan tadi.
Waktu terus berputar, aku dan mereka sudah beranjak dewasa. Memiliki kesibukan dan kawan baru tentunya. Aku yang saat itu juga pergi merantau dan bila lebaran saja pulang ke desa. Sekarang, kikuk rasanya. Bila bertemu tak ada gurauan seperti dulu. Sibuk dengan ponsel masing-masing tentunya. Atau hanya sekedar bermain game online. Sekarang tak ada lagi orang yang mencari buah ciplukan, tak ada lagi anak anak yang memancing di sungai. Keruh dan tak terawat sungai itu. Aneh, sungguh aneh memang. Lagi, lagi dan lagi. Aku ingin seperti dulu lagi.
Arfa Khalida Uzma


